Senin, 18 November 2013

Pengelolaan Resiko Fiskal

Risiko Fiskal adalah segala sesuatu yang di masa mendatang dapat menimbulkan tekanan fiskal terhadap APBN (Nota Keuangan dan RAPBN 2014). Jadi, pemerintah dalam hal ini adalah Kementrian Keuangan, untuk mengatasi risiko fiskal yang mungkin terjadi telah membentuk Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal (PPRF) pada tahun 2006. PPRF dibentuk atas usul dari IMF. Pada tahun 2006 ada asisten dari IMF yang menyarankan agar pemerintah membangun pengelolaan risiko fiskal. Agar terjadi adanya transparansi keuangan.

Sumber Risiko Fiskal :
a. Perubahan kondisi ekonomi makro
Deviasi kondisi ekonomi makro dengan asumsi yang digunakan pada saaat penyusunan APBN / APBD menyebabkan perbedaan realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam APBN / APBD.
b. Kewajiban Kontinjensi
Kewajiban kontinjensi merupakan kewajiban yang timbulnya tergantung kepada suatu kejadian yang belum pasti terjadi
Tujuan Pengelolaan Risiko Fiskal :
a. Transparansi
Menciptakan keterbukaan tentang posisi fiskal Pemerintah. Transparansi fiskal adalah tujuan utama dari pengelolaan risiko fiskal.
b. Kesinambungan Fiskal
Kemampuan Pemerintah untuk mempertahankan kebijakan-kebijakan fiskalnya secara terus-menerus dengan tetap menjaga posisi keuangannya dalam keadaan solvent.

Fungsi Utama PRRF :
Dalam melaksanakan tugas, Pusat  Pengelolaan Risiko Fiskal berfungsi :
a. Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan risiko fiskal dan kelayakan pemberian dukungan pemerintah, serta penyiapan bahan negosiasi dan perjanjian kerja sama.
b. Mengnalisis dan mengevaluasi pengelolaan risiko ekonomi, keuangan dan sosial, risiko BUMN dan risiko dukungan pemerintah.
c. Menganalisis dan mengevaluasi pengelolaan risiko fiskal terhadap pelaksanaan Public Service Obligation, penyertaan modal negara, restrukturisasi dan privatisasi BUMN.
d. Menganalisis dan mengevaluasi terhadap kelayakan permintaan dukungan pemerintah atas pelaksanaan kerja sama penyediaan infrastruktur.
e. Menyusun bahan Nota Keuangan dan RAPBN, Laporan Semester I dan Prognosa Semester II pelaksanaan APBN, RAPBN Perubahan, bahan Pidato dan Lampiran Pidato Presiden, Jawaban Pemerintah atas pertanyaan DPR dan DPD, jawaban pertanyaan dan bahan konsultasi dengan Lembaga Internasional dan Regional di bidang pengelolaan risiko fiscal.

f. Menyiapkan bahan, penelaahan dan penyusunan rancangan peraturan di bidang pengelolaan risiko fiskal.

Jumat, 15 November 2013

Prosa : Teh Celup Cinta

Seperti teh celup! Menyeruak lantas pergi! Merapi dan Merbabu pun terhenyak menyaksikan sandiwara ini. Bercengkerama mentertawakan aku yang terjatuh dalam jebakannya. Sekejap tetapi cukup menyakitkan! Engkau tahu tentu lebih tahu, lebih paham dan pastilah ada hikmah di balik semua ini.
Seulas senyumku masih akan tetap ada. Tidak berkurang kuantitasnya tidak juga menguap kadar manisnya. Karena hanya dengan senyum inilah aku bisa meyakinkan diriku bahwa aku masih menang atas dirinya! Meski harus merasakan sakit. Tetapi sakit ini akan aku kenang, karena sakit inilah satu-satunya yang akan mengingatkanku agar hati ini tidak akan melambung terbuai oleh buih-buihnya.
Meskipun demikian, aku tetap tidak ingin memantik atau menggenggam bara api. Biarlah rintik hujan sore ini membantuku menghanyutkan sakit ini. Biarlah aku tunggu terik sang surya memancarkan radiasinya. Meski pun aku sendiri tidak pernah tahu berapa lama aku harus menunggu. Tetapi aku yakin bias-bias pelangi akan terlukis dengan indahnya di kanvas biru berbaur putih yang menjulang tinggi tak teraih olehku.

Terimakasih dariku tetaplah pantas untuk kau terima. Meski mungkin tak akan terdengar sampai telingamu. Tetapi ucapan ini tulus. Terimakasih telah mengajariku bagaimana caranya tertawa setelah aku hampir lupa caranya sekaligus terimakasih juga kau telah mengingatkanku bagaimana caranya menangis setelah aku lupa caranya dan aku benci menyadari ada bening di ujung mataku.
(unik)

Kunjungi karya kami yang lain di komunitaspujangga(dot)blogspot(dot)com :)

HMPE as.. Ormawa Ter-administratif :)

HMPE rumah yang yahud...


















Halo sobat ekonom semua, lama nih ga posting. Hehehe

Oia dalam postingan kali ini kita punya yang spesial nih, pasalnya kita kemarin tanggal 15 November 2013 menjadi pemenang dalam ajang DPM Awards yang diadakan oleh DPM FE UNY di Auditorium FE-UNY. Wah senang ya jadi juara.

Dalam event kali ini HMPE menjadi juara dalam kategori ORMAWA ter-Administratif. Hal ini tidak akan tercapai tanpa adanya kerjasama yang baik antar anggota HMPE, terutama sekertaris (Mba Ifa dan Himma) kalian hebat euy. Administrasi hampir ga ada yang miss. Tiap ada surat masuk maupun keluar pasti dicatat dengan segera sehingga semuanya ada dengan rapi di dalam arsip yang dimiliki oleh HMPE.

Kita juga patut berbangga masuk dalam 2 nominasi yaitu ter-Administratif dan yang satunya adalah ........

Oia ngomongin tentang HMPE ga kerasa sudah hampir satu tahun kita ada dalam keluarga Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonmi 2013. Bagi kami para mahasiswa angkatan 2012 merasa sangat senang dan berbangga hati bisa masuk dalam pengurus angkatan 2013. Kami sangat sengang mendapat bimbingan dari kakak-kakak semua. Kami sangat berterimakasih selama ini telah dibimbing dan dibina dengan baik oleh kakak-kakak senior semua. Kami merasa, jasa baik kalian dalam membimbing kami tak akan pernah kami lupakan.

Banyak hal yang terukir indah di saat kepengurusan. Susah senang kita lalui bersama, defisit maupun surplus juga kita nikmati bersama. Sungguh indah masa-masa di HMPE. Sungguh senang bisa mengenal kalian semua.

Sedih rasanya harus meninggalkan kebiasaan lama, tidur di hima, curhat, kumpul bareng kalian, nyanyi-nyanyi, gila-gilaan bareng, ah pokoknya kalian luar biasa.

Sekre HMPE sudah menjadi kos ke2 kita selama ini. Sungguh HMPE adalah rumah yang yahud. J



(Tea)

Rabu, 13 November 2013

Cerpen : Titik Nolku


Sebenarnya aku sadar bahwa prasasti hidupku akan dimulai dari sini. Hari itu adalah hari dimana seluruh lulusan sekolah menengah ataupun sederajat di Indonesia mempertaruhkan mimpinya. Anehnya hari itu adalah hari dimana aku mengubah haluan hidupku dan berspekulasi dengan masa depanku. Teman-temanku heran dengan pilihanku bahkan keluargaku juga mempertanyakan pilihanku. Dalam hati aku hanya menjawab, “Yang jelas aku mempunyai alasan dibalik pilihanku ini!” Bukan alasan karena aku suka atau karena aku minat di jurusan itu ataupun di universitas itu. Tepatnya karena saat itu aku merasa betapa kerdilnya menghadapi dunia. Oke aku akui alasan itu adalah alasan paling pengecut yang pernah aku miliki. Tetapi, inilah aku. Remaja kelahiran kota kripik yang menyandang nama “Unik Febrianti” dengan alasan yang tidak masuk akal memutuskan untuk merantau dari desa ke kota gudeg. 
***
                Lambat laun, ternyata satu tahun telah berlalu di kota ini. Semua usahaku untuk menyesuaikan diri dan menyeimbangkan ritme hidup baruku disini, di kota ini, di Universitas ini dan di jurusan ini terbayar dengan mendapat IPK cumlaude. Tetapi ternyata, aku tidak menemukan kebahagiaan yang sempurna dengan IPK cumlaude itu. Eiits . . . tetapi jangan salah. Insya allah IPK itu barokah. Hanya saja aku berpikir ada banyak tanggung jawab di balik IPK cumlaude itu. Cukup ucapkan “alhamdulillah” dan selesailah bahagia hari itu. Saat itu juga, aku baru sadar ternyata hatiku masih belum disini.
“Kalau aku pindah jurusan gimana ya?pindah Universitas?”
“Hush ngomong apaan aku! Emangnya duit tinggal ngreok* kaya krikil!” (Semburat bahasa ngapak pun keluar dalam dialog negosiasi diriku).
“Tetapi gimana? Hatiku belum disini! Huuuhh . . .”
“Ayolah bertahan sedikit lagi kali aja kau akan temukan hatimu disini”
Ya wis lah. Sega wis dadi bubur, siki gari kepriwe caraku bae gawe bubur kue dadi bubur sing paling spesial,*”khas dengan logat medhoknya.
***
                Dalam perjalanan menuju tahun kedua kuliahku, dalam pencarian hatiku. Ada banyak hal baru, pengalaman baru, cara pandang baru dan tujuan baru aku temukan disini. Oke ini tempatku sekarang! Siapa aku bukan tergantung dimana aku, tetapi tergantung bagaimana aku! Figthing! :D
***
                Masih soal pencarian hati di kota ini. Tetapi, kali ini lebih sensitif dan kompleks. Setelah curhatan-curhatan yang aku hujamkan ke teman-teman dekatku. Berpuluh-puluh episod sampai mulutku berbuih. Hingga akhirnya, hari ini aku temukan kenyataan yang menamatkan cerita-ceritaku. Menyesakkan dan cukup membuat emosiku membuncah.
***
Pastilah tau kan? Cukup klasik dan ketebak banget. Apalagi kalau bukan masalah cinta dan hari itu aku membutuhkan teman untuk berbagi cerita. Aku pun mengunjungi salah satu teman dekatku namanya Husna. Berharap banget dia bisa menghiburku. Setiba disana.
“Kau tahu?”, tanyaku pada Husna.
“Nggaklah orang kamu ngga ngomong, mana aku tahu,” jawabnya datar.
“Iya juga sih. Kan ceritanya biar suasananya terdramatisir,” jawabku polos.
“Ooh oke fine. Perlu ku ulangin dialognya?” tanya dia dengan muka datarnya.
“Ngga usah deh, ngga lucu juga”
“Terus mau curhat apa?,” seakan hafal banget kalau aku doyan curhat.
“Ngga jadi udahan ah . . . “
“Serius nih? Ntar nyesel loh?”
“Iya, aku pulang ya? Bye . . .”
***
Setengah lunglai aku menapaki jalan pulang. Tetapi, masih ada harapan di hatiku. Harapan menemukan teman untuk berbagi cerita.
Ahaaa . . . aku tau! (senyum nyengir menemukan mangsa).
“Lebih baik aku ke tempat Diah aja ah.”
Setiba disana, “Huaaaa . . . tau ngga Nik”
“Kenapa?,” tanyaku heran.
“Uang bulananku habis!”
“Terus?’Mau ku pinjemin uang?”
“Mau banget. Aku lagi butuh banget nih. Boleh ya?” (Transaksi pun akhirnya berlangsung)
“Ini nih tingkah sok baikku yang terkadang malah merepotkan diri sendiri,” gumamku dalam hati.
“Kamu ada perlu apa kesini, Nik?”
“Ngga ada apa-apa. Yaudah aku pulang yah, jangan boros-boros,” nasehatku setengah hati.
“Huuh. . . ngga ada yang ngerti hatiku nih,” keluhku setengah putus asa.
“Aku kan mau curhat. Eeehh aku malah dijutekin dan yang kedua aku malah mendadak jadi tukang kredit.”
“Hmm . . . ayo berpikir keras,” kataku dalam hati.
“ Oiya masih ada Nanda!” setiba di kos Nanda.
 “Kebetulan banget Nik kamu datang kesini,” sambutnya penuh senyum mencurigakan.
“Sepertinya ada yang tidak beres nih. Haduh kali ini apalagi?,” kataku dalam hati.
“Anterin aku ke toko buku sekaligus belanja bulanan yuk? Bentar aku ambil helm dulu.”
“Tuhh . . .kan bener. Tanpa ba-bi-bu. Tanpa jawaban dariku. Dia langsung main action aja. Betapa kecunya hatiku,” kutukku dalam hati.”
Setelah selesai semua urusannya dan tetap saja urusan pencarian tempat curhatku belum terselesaikan. Aku pun memutuskan bahwa pencarian tadi adalah pencarian terakhirku seusai menjadi tukang ojek untuk temanku. Aku pun pulang dengan langkah terseok.
***
                Setiba di kos, kurebahkan tubuhku di pembaringan. Hatiku panas dan menguaplah semua emosiku. Bak siklus hujan ada evaporasi, kondensasi dan akhirnya hujan alias nangis mewek-mewek. Setelah puas menangis. Negosiasi diripun terjadi.
“Apaan sih. Ngga penting banget aku nangis!”
“Siapa dia? Ngapain juga aku nangisin dia!
“Apa untungnya buatku” (Kapitalis banget nih :D)
“Cukup sampai disini main layang-layangnya!”
“Cukup. Sudah cukup dia menarik ulur hatiku!”
“Udahan aah, sholat dulu!” (beranjak dan mengambil air wudhu).
Dan masih dalam keadaan bersimpuh lengkap dengan kedamaian seusai sholat. Aku mewek lagi. “Huaaaaa . . .”
“Ternyata DIA yang aku butuhkan dan pencarian hatiku pun aku putuskan untuk ku sandarkan pada-NYA”
***
                Sangat yakin akan ku temukan hatiku di kota ini, di Universitas ini, di jurusan ini. Hanya disini. Hanya yakin, yakin, yakin, yakin, . . . dan yakin yang menguatkanku dan akan menemani pertahananku sampai akhir. Hari ini juga adalah hari dimana aku memutuskan bahwa disini dan saat inilah titik nolku akan ku telusuri. Masih banyak dan perlu banyak belajar lagi tentang hidup termasuk atmosfer di dalamnya cinta, mencintai dan dicintai. Sangat yakin kota ini akan menahan hatiku dan memberikan sejuta alasan untuk ku bertahan disini.
*duit tinggal ngreok = uang tinggal ngambil
Ya wis lah =ya sudah lah
 Sega wis dadi bubur = nasi sudah menjadi bubur

 siki gari kepriwe carane nyong bae gawe bubur kue dadi bubur sing paling spesial = sekarang tinggal bagaimana caraku saja membuat bubur itu menjadi bubur yang paling spesial.

(Based on true story from 'unik')

Selasa, 05 November 2013

Hidup itu berlayar

Kenapa kita malas belajar?
Karena kita tidak tahu untuk apa dan mengapa kita belajar.
Kenapa kita malas berorganisasi?
Karena kita tidak tahu untuk apa dan mengapa kita ikut organisasi.

Memangnya kenapa? Ya karena kita belum mempunyai niat yang kuat.
Kok bisa? Karena tujuan kita masih bersifat abstrak.

Tujuan sangat diperlukan sebagai peta ancang-ancang ke mana arah kita melaju. Hidup bagaikan pelayaran di atas samudera. Penuh ombak dan badai.  Ke manapun kita melihat, hanyalah lautan biru beratapkan langit. Jika kita tidak mengerti apa yang kita cari, kita hanyalah segumpal daging yang terombang-ambing dalam ombak dan badai kehidupan.

Tujuan hidup seseorang belum tentu sama dengan yang lainnya. Inilah yang membedakan jalur pelayaran serta harta karun yang mereka dapat. Tuhan itu Maha Adil. Ia berjanji akan memperkenankan  do’a hambanya, seperti dalam firman QS. Al-mu’min ayat 60. Ini yang perlu kita renungkan jika ada orang lain yang sekiranya lebih sukses dari kita. Jangan-jangan, tujuan yang kita punya tidak didukung dengan niat sekuat niat mereka. Jangan-jangan, do’a yang kita panjatkan tidak seserius do’a yang mereka panjatkan.

Hey, saya mempunyai tujuan dan berdo’a. Kenapa tidak berhasil?
Emm.. seberapa keras usahamu?
Sudahkah berbaik hati kepada ciptaan Tuhan yang lain?
Seberapa banyak harta yang kau sedekahkan untuk mendukung keinginanmu?
Jika belum juga berhasil, mungkin saja : Dia memberikan yang kamu butuhkan, atau dia mengalihkan do’amu ke sesuatu yang lain seperti pengampunan dosamu.

Saya bukanlah seseorang yang pandai agama. Saya hanya ingin membagikan pengalaman yang saya punya : “Kita tidak akan tertarik jika kita tidak mengenalnya. Kita tidak merasa butuh karena kita tidak tertarik”. Entah itu untuk urusan pasangan, organisasi, jurusan dsb.
 
Coba renungkan baik-baik. Seberapa sering kita merasa malas terhadap pasangan kita, organisasi kita, atau mendalami materi yang kita pelajari di jurusan kita? Tanyakan pada hati nurani apakah yang sebenarnya ia cari. What the hell goal of our life? Say it loudly!

Jika kita tidak mendapatkan apa-apa dari yang selama ini kita jalani, itu semua bukan salah system atau berkah Tuhan. Itu semua salah kita. Setiap perlajanan kehidupan mempunyai banyak sirat makna dan pos-pos peningkatan kualitas diri. Mungkin saja kita tidak mengerti apa yang sebenarnya kita cari, lalu kita mengabaikan sirat makna dalam kehidupan kita. Pada akhirnya kita lupa bagaimana cara meningkatkan kualitas diri kita.

Itu salah siapa?
Itu karena kelalaian kita!
Bukankah kita mempunyai hak penuh atas diri kita?
Bukankah semuanya tergantung dari manajemen diri kita?
Bukankah dunia merupakan ladang cobaan iman kita?
Can we survive or not?


Hmmm..semuanya akan sia-sia jika hanya di mulut saja. Mari bangkit! Kita sudah tertinggal jauh sedangkan waktu kita semakin berkurang. Confucius said : “I hear and I forget. I see and I believe. I do and I understand”. Saling mengingatkan yaa J(Thi)

Sabtu, 05 Oktober 2013

Persiapan Indonesia dalam Menghadapi AEC (Asean Economic Community)

ASEAN Economic Community (AEC) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun 2015. “Proker” yang sudah dibahas sejak tahun 2009 lalu itu tinggal sebentar lagi lho ya. Tujuan idealnya tercetus sejak tahun 1997 yang tercermin dalam Visi ASEAN 2020 yaitu mewujudkan kawasan yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata yang ditandai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi.


Namun apakah cita-cita AEC tersebut dapat dengan mulusnya diterima masyarakat ? dengan adanya AEC ini mau tidak mau, suka tidak suka para pengusaha (terutama UMKM) pada 2015 harus  ikut  “bertarung” menghadapi liberalisasi dan integrasi ekonomi Asean. Padahal sebagian besar pengusaha UMKM belum mengetahui adanya AEC.  Jika masyarakat pengusaha (menengah-kecil) saja tidak mengetahui akan ada economic border less country dalam bungkus AEC, apalagi masyarakat biasa yang nota bene nantinya bakal menjadi obyek pasar terbuka Asean. Sudahkah pemerintah memperhatikan masalah ini. Sementara 2015 sudah semakin dekat. Belum lagi pada 2014 masyarakat akan terkonsentrasi pada hiruk-pikuk pemilihan umum legislatif dilanjutkan pemilu presiden. Kesepakatan pelaksanaan AEC ini diikuti oleh 10 negara anggota Asean yang memiliki total penduduk 600 juta jiwa. Sekitar 43% jumlah penduduk itu berada di Indonesia. Artinya, pelaksanaan AEC ini sebenarnya akan menempatkan Indonesia sebagai pasar utama baik untuk arus barang maupun arus investasi. Dalam konteks arus barang, sudahkan barang-barang lokal nasional mampu bersaing melawan produk-produk unggulan dari Thailand, Vietnam, Filiphina, Brunei darussalam, dan Malaysia, baik dari sisi harga maupun kualitas.

Tentu saja selalu ada keuntungan yang didapat dengan adanya AEC bagi negara-negara anggotanya termasuk Indonesia. Pengusaha Indonesia dapat menawarkan barang produksinya tanpa harus ada syarat yang rumit. Para investor juga akan lebih tertarik unutk menanamkan investasi di Indonesia. Sosialisasi yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam konteks persiapan AEC hendaknya tidak semata mengenai cara-cara menembus pasar Asean, tapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana pengusaha kita bisa bertahan di pasar lokal di tengah besarnya arus barang dari Asean. Pola-pola seperti MEE, misalnya penyatuan mata uang, harus dihindarkan dalam AEC.

Tidak perlu ada mata uang Asean Dolar, atau bursa tunggal Asean Stock Market (Asean Stock Exchange). Tidak perlu juga dibentuk Asian Interbank Spot Dollar Rate (Aisdor). Arahkan konsep AEC sebagai sebuah komunitas ekonomi yang kuat saat menghadapi Jepang, Korea dan India, misalnya. (rodiah)

Jumat, 04 Oktober 2013

Enaknya apa?

MEMBERI atau MENGHUTANGI ?????

Malam ini gw mau nulis tentangg... emmm sesuatu yang sempat lama bersarang di otak gw. Bahkan mempengaruhi sendi kehidupan gw dan menjelma menjadi kepribadian. Sampai pada suatu titik gw menganggap semua ini ngga adil. Okay, kini gw temukan jawaban.
Dulu, gw pepatah itu sebenernya siapa) “kalo lo mau dihargain orang lain, lo juga harus menghormati orang lain”. gw pegang tu mantra, kapanpun dan di belahan bumi manapun gw berada. Gw selalu berpikir kalau gw pengen orang lain care sama gw, maka gw juga harus care sama mereka. Kalao gw pengen orang lain ramah sama gw, berarti gw juga harus ramah sama mereka.
SEOLAH SEMUANYA AKAN OTOMATIS BERBANDING LURUS. Tapi itu bullshit. Bohong!!
Bosen gw baik sama orang. Gw udah pasang tampang ramah, eh doi ngeselin. Ngga ngehargain gw sama sekali. Rasanya tu “najis banget” buat memulai kebaikan kalo tau balasannya kaya gitu. Gw udah coba ga itungan sama orang, gw coba sebisa mungkin mbantu mereka kalo lagi susah. Tetep ada aja orang-orang ngeselin yang ngga tau diri. Haruskah gw menjelma jadi orang yang sama sama ngeselin biar semua adil?
Hidup bersama orang banyak tentu akan banyak pula karakter yang bakal kita jumpai. Dari beberapa orang ngeselin ngeselin itu, ada juga segelintir orang-orang baik. Baik banget malahan. Gw aja sampai heran, kok bisa ada orang sebaik itu, sedangkan di belahan bumi lain orang orang mulai bertransformasi menjadi sangat jahat.
Alhasil, terbentuklah pribadi gw yang memperlakukan orang lain berdasarkan apa yang mereka dulu lakukan. Lo jual gw beli. Lo baik, gw baik. Tapi kalo lo ngajak main jahat gw jga siap. Cuman efeknya gw jadi org yg ngga mau membuka diri. Harus dipancing dulu. Dan yang jelas ketika gw bertemu orang jahat, jiwa gw dipenuhi sama rasa benci. Asli, ga enak banget.
Setelah lama berpetualang, ombak kehidupan menghanyutkan gw mendarat menuju pesisir cinta. Syukur deh, hati gw hidup kembali. Gw mulai mengenal dan bergaul dengan orang-orang yang berhati emas. Dari situ gw jadi mikir tentang “KETULUSAN” sama “KEBAIKAN”.

Bahwa kebaikan harus ditunaikan dengan ketulusan. Berbuat baik itu, bukan karena ingin dibalas dengan kebaikan. Berbuat baik itu “diberikan”, bukan “dihutangkan”. Iya kan? :)
Bagaimanapun mereka, kita harus selalu menebarkan kebaikan dengan sesama. Gw juga lagi berusaha nih, makanya melalui tulisan ini gw ngajak temen temen :)
Intinya, ketika kita memberi energi positif pada orang lain, berikan itu sebagai hadiah. Cukup yakin Tuhan yang membalasnya.
Kalo kita senyum sama orang, tapi doi ga bales senyum, jangan marah. Tidak masalah. Kita kan Cuma memberi senyuman, bukan menghutangi senyuman :) :) :)
(Riska DA).

Bersyukur

Kamu ganteng, kamu cantik, aku bahagia bisa bersama kalian :)

Aku yakin BANGET, Tuhan memberikan kebahagiaan pada setiap orang dalam porsi yg sama walaupun wujudnya berbeda-beda. ada yg bahagia karena memiliki orang tua yang penyayang, ada yang bahagia karena memiliki pendamping hidup yang nyaris sempurna, dan sebagainya. tinggal bagaimana cara kita mampu membuka celah kebahagiaan tersebut. mampukah kita melihat sesuatu barang sesepele apapun menjadi kebahagiaan. syukuri apa yang kita miliki. niscaya hidupmu akan bahagia.
orang yang merasa susah, itu karena dia lupa bersyukur. lupa atau tidak mau bersyukur itu sama dengan lupa atau TIDAK MAU membuka jalan untuk bahagia.
aku, Riska Dwi Astuti, merasa HIDUPKU SANGAT BAHAGIA. aku tidak secantik luna maya, aku tidak seseksi syahrini, akupun tidak sepandai habibie. Hidupku biasa saja, tidak berlimpah harta tidak pula dikerubungi dan di puja-puja kaum adam. aku makan nasi sayur lauk. tidak minum susu dan makan keju setiap hari. aku tidak punya piala tanda prestasi tidak pula sertifikat penghargaan atas bakat. TAPI aku sangat bahagia :) AKU PUNYA CARAKU UNTUK BAHAGIA. bukan harta bukan pujian orang lain bukan pula keindahan fisik semata. aku sangat bahagia :)
jangan pernah menutupi jalan untuk bahagia. BERSYUKURLAH J
terkadang kita perlu waktu kusus untuk menyadari betapa besar anugerah yang tuhan berikan kepada kita. Kadang aku juga perlu menutup mata sejenak untuk bisa lebih mendengarkan orang lain.
bagiku semua laki-laki itu ganteng dan setiap wanita itu cantik.
Menurutku, setiap wanita itu memiliki cantiknya masing-masing dan setiap laki-laki itu mempunyai ganteng mereka masing-masing.

Diam diam aku seneng ngeliatin wajah orang-orang di sekitarku. Hehee. Kali ini aku serius, setiap orang memiliki KETAMPANAN DAN KECANTIKAN MASING-MASING. Syaratnya, lihatlah hati mereka dengan hati kita J aku jamin, kalo udah kenal hatinya, kecantikan ataupun ketampanan fisik mereka akan terpancar dengan sendirinya J J J

Kamis, 12 September 2013

ESSENS : Penurunan Nilai Tukar Rupiah


Pakar ekonomi memperkirakan bahwa penurunan nilai rupiah bisa mencapai Rp 13.000 per dollar. Dan akan jadi Rp 10.000 pada kuartal kedua di tahun depan (2014) tepatnya jika pasar menyukai tim ekonomi setelah pemerintahan yang baru, setelah pemilihan umum 9 April tahun depan. Selain itu, kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) juga akan menguatkan rupiah., sehingga memperkecil deficit transaksi berjalan dengan ditekannya inflasi.

Nilai rupiah yang lesu terhadap dolar Amerika menimbulkan banyak dampak bagi perekonomian masyarakat. Banyak ekonom yang mengatakan bahwa lemahnya nilai tukar rupiah kali ini adalah yang terparah dalam empat tahun terakhir.

Banyak pihak yang dirugikan akan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Diantaranya adalah :
1.      Yang pertama adalah importir. Importir dirugikan karena importir sangat bergantung dengan barang-barang dari luar negeri. Importir akan membayar dengan mata uang yang telah disepakati, yang tentunya adalah dollar AS. Jika nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar berarti importir harus mengeluarkan uang lebih untuk membayar barang yang mereka impor dari luar negeri.
2.      Selanjutnya adalah pemilik hutang luar negeri. Jika seseorang, perusahaan, lembaga atau instansi yang memiliki hutang luar negeri pasti akan kesulitan dalam mengembalikan hutang luar negerinya. Karena nilai rupiah yang semakin lemah akan menambah beban atau hutang mereka walaupun nilai hutang mereka dalam bentuk dollar itu tetap, namun untuk membayarnya harus menukarkan rupiah yang sedang lemah dengan dollar, maka itu akan menambah beban mereka.
Tetapi didalam gejolak ekonomi yang sedang terjadi karena penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Ada beberapa pihak yang diuntungkan juga loh. Diantaranya :
1.      Yang pertama adalah pemegang uang dollar AS tentunya. Karena jika kita memiliki dollar AS yang banyak, dan ditukarkan dengan rupiah pada saat nilai rupiah turun, kita akan mendapat lebih banyak keuntungan dengan menukarnya ke rupiah.
2.      Selanjutnya dalah eksportir. Karena eksportir memproduksi barang di dalam negeri dengan biaya rupiah, saat dijual ke luar negeri, eksportir akan mendapatkan kontraprestasi berupa dollar yang nilainya lebih tinggi daripada saat mereka memproduksi.
3.      Terakhir adalah sektor pariwisata. Turunnya nilai rupiah menyebabkan pemegang dollar relatif lebih kaya di Indonesia. Sehingga akan banyak turis mancanegara yang memiliki dollar berwisata di Indonesia yang biayanya lebih murah karena dollar yang dihargai sangat tinggi di Indonesia.
Bila tidak diatasi, dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akan menyebabkan krisis ekonomi. Masyarakat harus ikut andil dalam usaha memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dollar dengan cara mengkonsumsi barang dalam negeri, bukan dengan memperkaya diri sendiri dengan menukarkan dollar yang dimiliki, yang justru akan memperparah keadaan.
Pemerintah juga harus senantiasa berusaha menekan impor agar pengeluaran negara menjadi berkurang serta  memandirikan perekonomian negara. (tea).

Sabtu, 10 Agustus 2013

Ospek, tapi bukan di Universitas itu..

Hmm.. sebentar lagi akan ada Ospek yaa? Ospek merupakan masa pengenalan seputar kuliah dan kampus. Ospek terdiri dari serangkaian kegiatan selama lima hari. Dua hari pertama merupakan ospek universitas, dua hari ospek fakultas serta satu hari ospek jurusan. Semacam parade pengenalan dari universitas ke jurusan masing-masing.
Mahasiswa baru (Maba) diperintahkan untuk membawa berbagai macam penugasan pada waktu ospek. Banyak yang mengeluhkan terlalu banyaknya tugas yang diberikan. Penugasan yang diberikan ketika Technical Meeting (TM) merupakan penugasan yang membutuhkan waktu lama. Sedangkan penugasan yang tidak begitu membutuhkan waktu lama diberikan pada hari-H.
Ospek itu menyenangkan. Di sana kita bisa belajar menyelami arti kehidupan kampus. Ketika Maba diberi hukuman oleh Pemandu Kedisipinan (PK) akbibat kelalaiannya, itu menunjukkan bahwa kita memerlukan kedisiplinan dalam menjalankan kuliah. Di dalam dunia kuliah tidak ada PK seperti dalam OSPEK, karena kita sendirilah yang membentuk kedisiplinan itu. Terkadang dosen banyak memberikan tugas terhadap mahasiswa, namun kelalaian mengumpulkan tugas dapat mengurangi nilai mahasiswa. Begitu juga dengan kedisiplinan masuk kelas. Dalam memberikan nilai akhir, dosen juga mempertimbangkan kedisiplinan siswa yang termasuk dalam penilaian afektif. Disiplin atau tidak, itu terserah mahasiswa.
Dalam rangkaian kegiatan Ospek, ada juga sesi mendengarkan dan memperhatikan seseorang yang sedang berbicara di depan. Jika mengobrol sedikit saja, pemandu akan memperingatkan mabanya agar diam. Beruntunglah, karena hal ini untuk kebaikan kalian agar informasi yang masuk dapat diserap dengan baik. Dalam dunia perkuliahan, tidak ada pemandu yang memperingatkan kalian untuk mengobrol di kelas. Tidak ada yang melarang kalian dalam mengobrol, namun jangan menyesal ketika Ujian Akhir. Sebagian besar yang keluar di ujian adalah materi yang diajarkan di kelas.
Ospek memang melelahkan, tapi itu adalah kenangan. Semakin kita mengeluh, semakin alam menarik energy negatif dari apa yang kita keluarkan. Terlebih, tubuh manusia terdiri dari sebagian besar air. Kristal dalam air akan bereaksi terhadap apa yang dipersepsikan terhadapnya. Air akan membentuk Kristal yang baik ketika kita memberikan kata-kata yang baik.
Jawaban dari semua kelelahan ini adalah rasa syukur. Alhamdulillah kita masih diberikan kesempatan untuk belajar. Terdengan klasik memang, tapi inilah kenyataannya. Sadarlah! Masih banyak anak pelosok negeri yang belum bisa menikmati bangku kuliah seperti kita.
Iya, mungkin saja hatimu sedang berkecamuk mengapa kau diterima di universitas ini. Kamu kurang bisa ikhlas dengan takdir yang menimpamu. Hey kawan, ingatlah. Ada tangan tak tampak yang secara tidak langsung mencampuri takdirmu. Jika dalam pemikiran ekonomi klasik, tangan tak tampak itu berupa mekanisme harga pasar maka tangan tak tampak di sini adalah kehendak Tuhan. Dia-lah sutradara terbesar dalam semesta. Tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini, melainkan sudah dituliskan Nya.
Hmmm mungkin saja kau mau protes dengan penggalan surat Ar-rad yang mengatakan “.. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali ia sendiri yang mengubahnya..”. Iya, itu benar! Tapi coba perhatikan baik-baik. Pasti ada sesuatu yang ndilalah agar menuntunmu di sini. Mungkin inilah yang terbaik.
Tuhan merasa malu jika seorang hamba berdo’a tetapi Ia belum mengabulkannya. Maka, ada tiga kemungkinan balasan atas do’a kita. Pertama, Tuhan akan mengabulkannya. Kedua, Tuhan akan mengalihkan terhadap yang kau butuhkan. Ketiga, Ia mengampuni dosamu. Saya sangat yakin bahwa terkadang Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan inginkan. Bersyukurlah. Ikhlaslah.

Orang yang bahagia lebih cepat suksesnya daripada orang yang tidak bahagia. Menurut saya, sukses itu ketika kita bahagia dan kaya. Percuma saja kita memiliki segalanya di dunia tetapi tidak berbahagia. Ohh.. Tuhan. Jika memang ini takdir kami, mudahkanlah kami dalam mencapai kesuksesan yang kami harapkan. Engkau Maha Besar, Maha Kaya dan Maha Tinggi. Maka, naikkanlah kualitas hidup hamba dalam ketidaknyamanan yang kami alami. Mungkin saja, kami belum pandai bersyukur. Aamiin (thi).

Ah, Ketupat..

Suara benderang beduk mulai terdengar sejak kemarin malam. Pagi ini, umat muslim di Indonesia merayakan hari raya idul fitri yang penuh berkah setelah menjalani puasa ramadhan sekama satu bulan penuh. Hari raya idul fitri identic dengan makanan ketupat. Tak jarang masyarakat juga menyebut lebaran ketupat.
Ketupat merupakan makanan yang berisi beras. Termpat ketupat berupa anyaman daun kelapa muda (janur) yang dibentuk menjadi segiempat. Lalu ketupat yang masih kosong diisi dengan beras sebanyak setengah dari wadah lalu dikukus. Penyajiannya bisa dikreasikan dengan aneka lauk dan pauk. Pada saat lebaran ketupat-ketupat ini diantarkan ke rumah lebaran serta kerabat. Ketupat menjadi lambang kebersamaan diantara sesama.
Ketupat yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga ketika membawa Islam masuk ke Indonesia ini juga mempunyai filosofi lain. Anyaman yang terdapat pada ketupat merepresentasikan banyaknya kesalahan manusia. Setelah dibelah dua, terlihatlah isi ketupat yang berwarna putih, menggambarkan kesucian dan kebersihan hati manusia setelah menahan nafsu selama puasa ramadhan. Warna putih ini juga sebagai symbol bahwa pada hari raya manusia telah kembali ke fitrahnya.
Sementara itu, ketupat yang memiliki bentuk sempurna juga merupakan symbol kemenangan umat muslim di hari nan fitri. Empat sisi ketupat melambangkan empat arah mata angin : timur, selatan, barat, utara. Yang kemanapun kita melaju, semuanya tertuju pada satu arah yaitu kepada Allah SWT.
Kembali ke fitri berarti tidak membiarkan satu noda kedengkian serta dendam pun menempel di hati manusia. Oleh karena itu, pada hari raya ini umat muslim saling bermaaf-maafan untuk membersihkan diri dari debu-debu penyakit hati.
Maaf, sebuah kata yang hanya terdiri dari empat huruf ini mempunyai dampak yang besar terhadap kehidupan seorang manusia. Meminta maaf dengan tulus serta memberi maaf dengan tulus dapat membuat hati semakin bahagia.
Taqoballalohu minna wa minkum, taqobbal ya kariim. Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Mudah-mudahan kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Aamiin..

Kami segenap keluarga HMPE mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H. Minal ‘aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin :)

Selasa, 16 Juli 2013

‘Simalakama’ Kebijakan Ujian Nasional

Evaluasi pengajaran sangat diperlukan dalam setiap kegiatan. Evaluasi pengajaran digunakan untuk menilai/menaksir pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam hukum baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Harjanto,2011:277). Secara garis besar dalam proses belajar mengajar, evaluasi mempunyai tiga fungsi pokok yaitu mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik, mengukur keberhasilan system pengajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan.
Ujian Nasional (UN) dijadikan sebagai alat evaluasi pendidikan di Indonesia sesuai dengan Permendiknasbud RI Nomor 3 Tahun 2013  Bab I Pasal I Ayat 5. Kemudian dasar pijakan pelaksanaan Ujian Nasional tertera dalam PP 19/2005 Standar Nasional Pendidikan BAB X tentang standar Penilaian Pendidikan pasal 68. Pada pasal tersebut diputuskan bahwa hasil ujian nasional dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk ; pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari program dan atau satuan pendidikan dan pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) sudah berlangsung sejak tahun 1965 (dahulu Ujian Negara-EBTANAS-UNAS), namun yang menjadi permasalahan adalah berlakunya target wajib belajar pendidikan dalam pelaksanaan Ujian Nasional sejak tahun 2005. Perubahan sistem Ujian Nasional ini membuat mindset pendidik dan peserta didik mengejar satu kata pragmatis : lulus. Dampaknya, proses belajar mengajar cenderung mengejar pencapaian sisi kognitif siswa dengan mengabaikan kategori tujuan lain dalam proses pendidikan yaitu ranah psikomotor dan ranah afektif.
Perdebatan mengenai keefektifan pelaksanaan Ujian Nasional belum menemukan titik terang dari tahun ke tahun. Suara pro datang dari pemerintah sebagai pemangku kebijakan Ujian Nasional, ditambah dengan pihak-pihak tertentu yang sepaham dengan pemerintah. Sedangkan suara kontra  datang dari praktisi dan pakar pendidikan yang secara langsung terlibat dalam proses pendidikan. Dengan kata lain mereka adalah pihak yang mengelola dan mengalami secara langsung proses pendidikan serta pihak yang memahami permasalahan pendidikan.
Berikut merupakan argumen dari pihak pro mengenai pelaksanaan ujian nasional. Mereka beranggapan bahwa Ujian Nasional mengukur kualitas pendidikan secara nasional serta standarisasi pendidikan, pertama. Kedua, Ujian Nasional dapat memacu peserta didik, perangkat pendidikan serta pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga, Ujian Nasional dijadikan kontrol pemerintah sejauh mana suatu sekolah itu telah menerapkan dengan baik program pendidikan nasional.
Sementara itu argumen dari pihak kontra adalah sebagai berikut. Pertama, Ujian Nasional tidak sejalan dengan ruh pendidikan. Ujian Nasional hanya mengajarkan peserta didik dan pendidik untuk berpikir pragmatis dan hanya mengedepankan ranah kognitif siswa dalam proses pendidikan. Padahal, menurut Bloom dkk (1952) dalam Harjanto (2011:59) ada tiga kategori tujuan dalam proses pendidikan yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Kedua, pelaksanaan Ujian Nasional bersifat kontraproduktif dengan pembentukan karakter siswa. Mata pelajaran pendidikan karakter seperti pendidikan agama, pendidikan kewarganegan dsb yang tidak di-UN-kan kurang menjadi fokus perhatian dalam proses pendidikan di sekolah. Ketiga, Ujian Nasional mengabaikan pendidik sebagai evaluator pendidikan karena pemerintah berperan mutlak dalam penentuan kelulusan. Keempat, standar nilai Ujian Nasional yang sama di seluruh Indonesia sementara terdapat perbedaan sarana prasarana, guru serta input yang signifikan.
Dari fenomena Ujian Nasional di atas, terlihat dengan sangat jelas wajah pendidikan kita. Masyarakat dapat melihat momentum pelaksanaan Ujian Nasional yang seringkali dijaga oleh pengawalan ketat petugas. Ini merujuk pada satu persepsi bahwa produk yang dihasilkan oleh pendidikan belum menciptakan manusia yang seutuhnya, manusia pun ternyata harus dijaga agar tidak berbuat curang dalam UN[1]. Proses pendidikan kita lah yang paling bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Tujuan pendidikan yang membuat orang menjadi baik dan orang baik berperilaku mulia seperti yang dikatakan Plato, belum dicapai oleh siswa. Kecurangan dan ketidaksiapan dalam mengikuti Ujian Nasional merupakan cerminan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa potret pendidikan nasional bangsa kita telah gagal akibat ketidakpercayaan pemertintah atas proses pendidikan.
Penulis mendukung upaya pemerintah untuk memetakan kualitas pendidikan melalui Ujian Nasional. Tetapi penulis rasa penentuan Ujian Nasional sebagai standar kelulusan perlu dikaji ulang. Pemetaan kualitas pendidikan dapat saja dilakukan tanpa mereduksi dan mengintervensi kelulusan siswa (thi).

Sabtu, 04 Mei 2013

Inilah Hidup ala Mikro dan Makro



Jika kita memandang hidup secara mikro, maka kita hanya akan menemukan diri kita sendiri. Hanya lingkar diri kita saja yang kita lihat. Efeknya kita akan menganggap bahwa kitalah yang paling hebat, paling keren, paling oke, paling pintar dan paling . . . paling yang lain. Intinya jika kita memandang hidup ini secara sempit kita akan terus membanggakan diri kita sendiri. Nyaman dengan semua yang ada dan perolehan yang telah di dapat. Bahayanya sudut pandang ini dapat menjerumuskan kita pada kesombongan. Padahal Allah pun berfirman dalam QS : Luqman ayat 18 yang berbunyi, “Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Sedangkan jika kita memandang hidup ini dari sudut pandang makro, kita akan memandang hidup ini secara agregat atau keseluruhan tidak secara parsial. Dengan begitu kita akan melihat lingkungan hidup yang lebih luas tidak hanya lingkar diri kita saja yang kita lihat. Tetapi akan ada aku, dia, kita, kami dan mereka. Kita akan menyadari bahwa manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan manusia lainnya. Kita pun akan melihat bahwa diri kita belum ada apa-apanya, masih banyak orang-orang yang lebih hebat dari kita dan kita akan sadar bahwa kita harus dan senantiasa memperbaiki diri. Belajar, belajar dan terus belajar meningkatkan kualitas diri!

Minggu, 28 April 2013

FSE : Sudah Sukseskah Pendidikan Indonesia ?


FSE #2

Forum Study Ekonomi (FSE) sesion 2 kembali diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi pada tanggal 25 April 2013. Pada kesempatan ini FSE memuatt tema “Sudah Sukseskah Pendidikan Indonesia ?” dengan dua pembicara yaitu Prof. Suyanto, Ph. D. Dan Riska Dwi Astuti.
Berbeda dengan forum lainnya di FSE diadakan diskusi dari dua perspektif yaitu dari perspektif mahasiswa dan pakar. Dari perspektif mahasiswa diwakili oleh Riska Dwi Astuti (mahasiswa Pendidikan Ekonomi 2011). Riska memaparkan berbagai hasil survei dari UNESCO dimana pendidikan Indonesia menempati urutan ke 69 dari 127 negara sedangkan negara tetangga seperti Malaysia berada di urutan 65 dan Brunei Darussalam di urutan 35. Hal tersebut sedikit banyak menggambarkan keadaan pendidikan Indonesia yang belum maju karena disebabkan oleh faktor angka melek huruf rendah, angka partisipasi sekolah rendah dan angka putus sekolah yang juga sama-sama rendah. Ironisnya pendidikan di Indonesia terendah masih di dominasi oleh Indonesia wilayah Tengah dan Timur. Hal ini menandakan bahwa pendidikan Indonesia selain belum sukses juga belum merata hanya terpusat di Jawa, di Luar pulau Jawa banyak daerah tertinggal dan tidak terjamah oleh pendidikan. Riska juga menambahkan sekarang ini banyak mahasiswa yang tidak serius bila mengikuti perkuliahan padahal mahasiswa sebagai agen perubahan seharusnya menjadi panutan dan harapan yang besar bagi Indonesia. Riska juga mengajak semua peserta yang hadir di FSE bahwa mahasiswa bukan sekedar berkata “nyalakan cahaya” namun harus dengan bukti konkret di dunia pendidikan karena peran mahasiswa sangat dibutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat Indonesia dan demi menuju Indonesia yang lebih baik.
Sesi kedua dibersamai oleh Prof. Suyanto, Ph. D (guru besar FE UNY,  mantan rektor UNY dan mantan dirjen manajemen dikdasmen kemendiknas RI). Senada dengan perspektif mahasiswa, beliau juga mempertanyakan apakah pendidikan kita sudah hebat ? melalui data yang diambil dari survei PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2009 menunjukkan bahwa dari 6 level hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level 3 saja, sementara negara lain banyak yang sampai level 4, 5, bahkan 6. Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan sama, interpretasi dari hasil ini hanya satu, yaitu: yang diajarkan di Indonesai berbeda dengan tuntutan zaman atau  penyesuaian kurikulum belum berjalan lancar.
Data kedua diambil dari TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study). Hasil yang didapat dari kedua survei tersebut menunjukkan bahwa rata-rata siswa di Indonesia mempunyai tingkat curiositas atau keingintahuan rendah. Siwa tidak tahu apa tujuan yang diperoleh ketika mengambil mata pelajaran tertentu sehingga dalam proses belajar mengajar siswa tidak antusias. Sedangkan di negara maju tingkat curiositas siswa tinggi dan siswa menjadi sangat memahami pelajaran yang diberikan.
 Prof. Suyanto, Ph. D. Juga memaparkan satu-satunya cara yang efektif dalam membangun indeks pembangunan manusia adalah dengan pendidikan. Namun kendala yang dihadapi Indonesia adalah jumlah pelajar di Indonesia yang sangat banyak dan membutuhkan keseriusan dan dukungan dari semua pihak dari seluruh aspek masyarakat Indonesia (rodhiah).

Alfred Marshal


Elastisitas

Ilmu ekonomi biasanya dipandang sebagai ilmu teoritis dan sangat sulit bila diterapkan di dunia nyata. Namun apabila kita belajar lebih dalam lagi tentang ekonomi, ternyata ilmu yang satu ini sangat mudah bila diterapkan di kehidupan sehari-hari lohhh..
Misalnya saja konsep elastisitas. Biasanya elastisitas yang kita pelajari hanya unutk mengukur suatu barang dengan menghitungnya menggunakan rumus yang membuat kita bingung. Namun, sebenarnya mungkin nggak sih kalau konsep elastisitas diterapkan dalam kasus lain contohnya sebuah hubungan?
Pasti bisa !!!
Konsep elastisitas ini ditemukan oleh Alfred Marshal, beliau merupakan pendiri dari mazhab Cambridge dan sangat terkenal dengan kontribusinya pada bidang ilmu ekonomi diagram. Kalau kita sering lihat adanya kurva penawaran dan permintaan serta titik-titik keseimbagannya ya beliau itu yang pertama kali menggambarkannya.
Konsep elastisitasnya dapat kita jumpai disemua mata pelajaran ekonomi khususnya pengantar ilmu ekonomi dan ekonomi mikro.  Marshal menjelaskan bahwa semua hubungan ekonomi adalah hubungan sebab akibat. Gagasan elastisitas berusaha memastikan berapa banyak akibat yang dihasilkan oleh sebab tertentu. Ada beberapa jenis elastisitas antara lain :
1.       Elastis
Jika beberapa sebab kecil mengakibatkan akibat yang lebih besar berarti hubungan tersebut dikatakan elastis. Bila kita kaitkan dengan sebuah hubungan pacaran, apabila ada masalah kecil mengakibatkan pertengkaran hebat sampai jambak-jambakan, lempar-lemparan itu berarti hubungan pacaran tersebut bersifat elastis.
2.       Tidak elastis
Apabila sebab kecil menghasilkan akibat kecil hubungan tersebut bersifat tidak elastis. Jika masalah yang agak besar tetapi mengakibatkan pertengkaran kecil berarti hubungan pacaran bertipe tidak elastis.
3.       Elastis unitary
Dikatakan elastis unitary apabila sebab kecil menghasilkan akibat yang kecil juga. Sebuah hubungan dengan masalah kecil dan membuat pertengkaran kecil hubungannya bersifat elastis unitary.
4.       Elastis sempurna
Hubungan pacaran dapat dikatakan elsatis sempurna apabila masalah kecil atau besar yang berada pada satu titik saja tidak akan mempengaruhi pertengakaran/akibat apapaun. Tetapi apabila kadar masalah tersebut naik sedikit saja makan akan terjadi pertengakaran yang tidak terduga dan hubungan tersebut besar kemungkinannya untuk putus.
5.       Elastis tidak sempurna
Pertengkaran tetap berada pada satu titik meskipun dengan seberapa banyak masalah.  Namun jika tingkat pertengkaran naik sedikit hubungan tersebut juga besar kemungkinannya untuk putus.
Nah ellastisitas mana sih yang paling baik bagi sebuah hubungan pacaran ? tergantung pada sebabnya. Apabila sebab itu bersifat baik sebaiknya memilih jenis hubungan yang elastis. Jika  sebabnya buruk sebaiknya memilih jenis hubungan yang tidak elastis. Namun, jika ingin berda dalam zona aman jenis elastisitas unitary dapat menjadi pilihan yang tepat.
So,, hubunganmu cocok sama elastisitas yang mana ? (rodhiah).

Minggu, 21 April 2013

FSE : Mengurai Benang Kusut Century

FSE #1

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Kamis (21/3), meggelar acara rutin tahunan Forum Studi Ekonomi( FSE). Acara tersebut menjadi program kerja rutin HIMA Pendidikan Ekonomi. Melalui kegiatan FSE ini mahasiswa dapat berdiskusi bersama dalam satu forum membahas isu-isu terhangat yang sedang terjadi di Indonesia. Pada FSE kali ini topik yang diangkat adalah ruetnya kasus Century yang hingga kini belum terselsaikan.
Hadir sebagai pembicara pertama mahasiswa Pendidikan Ekonomi Bagja Sumantri dan dosen Pendidikan Ekonomi UNY Supriyanto,M.M sebagai pembicara kedua. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya peserta yang hadir memadati Ruang Jamuan Fakultas Ekonomi UNY. Acara tersebut dihadiri oleh 80 peserta. Acara kali ini lebih menarik karena selain dihadiri oleh mahasiswa UNY khususnya Pendidikan Ekonomi, Mahasiswa dari Universitas Islam Indonesia(UII) juga ikut hadir dalam forum tersebut.
Pada sesi pertama Bagja Sumantri memaparkan sejarah dan kronologis kasus Century dari prespektif mahasiswa. Sedangkan pada sesi kedua, Supriyanto,M.M mengulas kasus tersebut dari 3 parameter ekonomi, politik, dan hukum. Forum ini semakin menarik saat sesi diskusi berlangsung. Peserta semakin larut dalam diskusi yang dilakukan dengan pembicara. Usai acara tersebut peserta semakin terbuka wawasanya mengenai ekonomi politik di Indonesia khususnya Kasus Century. Pada akhir acara diskusi  Supriyanto,M.M mengatakan bahwa mahasiswa semestinya lebih aktif dan tidak terlelap dalam sistem yang ada sekarang ini.
Melihat suksesnya FSE 1 tahun 2013 ini, banyak pihak baik itu mahasiswa maupun pembicara mengharapkan Forum tersebut digelar kembali agar nantinya mahasiswa lebih aktif dan lebih tanggap terhadap masalah-masalah yang ada di sekitarnya (ar).