Seperti teh celup! Menyeruak lantas
pergi! Merapi dan Merbabu pun terhenyak menyaksikan sandiwara ini.
Bercengkerama mentertawakan aku yang terjatuh dalam jebakannya. Sekejap tetapi
cukup menyakitkan! Engkau tahu tentu lebih tahu, lebih paham dan pastilah ada
hikmah di balik semua ini.
Seulas senyumku masih akan tetap ada.
Tidak berkurang kuantitasnya tidak juga menguap kadar manisnya. Karena hanya
dengan senyum inilah aku bisa meyakinkan diriku bahwa aku masih menang atas
dirinya! Meski harus merasakan sakit. Tetapi sakit ini akan aku kenang, karena
sakit inilah satu-satunya yang akan mengingatkanku agar hati ini tidak akan
melambung terbuai oleh buih-buihnya.
Meskipun demikian, aku tetap tidak
ingin memantik atau menggenggam bara api. Biarlah rintik hujan sore ini
membantuku menghanyutkan sakit ini. Biarlah aku tunggu terik sang surya
memancarkan radiasinya. Meski pun aku sendiri tidak pernah tahu berapa lama aku
harus menunggu. Tetapi aku yakin bias-bias pelangi akan terlukis dengan
indahnya di kanvas biru berbaur putih yang menjulang tinggi tak teraih olehku.
Terimakasih dariku tetaplah pantas
untuk kau terima. Meski mungkin tak akan terdengar sampai telingamu. Tetapi
ucapan ini tulus. Terimakasih telah mengajariku bagaimana caranya tertawa
setelah aku hampir lupa caranya sekaligus terimakasih juga kau telah
mengingatkanku bagaimana caranya menangis setelah aku lupa caranya dan aku
benci menyadari ada bening di ujung mataku.
(unik)
Kunjungi karya kami yang lain di komunitaspujangga(dot)blogspot(dot)com :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar