Senin, 18 November 2013

Pengelolaan Resiko Fiskal

Risiko Fiskal adalah segala sesuatu yang di masa mendatang dapat menimbulkan tekanan fiskal terhadap APBN (Nota Keuangan dan RAPBN 2014). Jadi, pemerintah dalam hal ini adalah Kementrian Keuangan, untuk mengatasi risiko fiskal yang mungkin terjadi telah membentuk Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal (PPRF) pada tahun 2006. PPRF dibentuk atas usul dari IMF. Pada tahun 2006 ada asisten dari IMF yang menyarankan agar pemerintah membangun pengelolaan risiko fiskal. Agar terjadi adanya transparansi keuangan.

Sumber Risiko Fiskal :
a. Perubahan kondisi ekonomi makro
Deviasi kondisi ekonomi makro dengan asumsi yang digunakan pada saaat penyusunan APBN / APBD menyebabkan perbedaan realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam APBN / APBD.
b. Kewajiban Kontinjensi
Kewajiban kontinjensi merupakan kewajiban yang timbulnya tergantung kepada suatu kejadian yang belum pasti terjadi
Tujuan Pengelolaan Risiko Fiskal :
a. Transparansi
Menciptakan keterbukaan tentang posisi fiskal Pemerintah. Transparansi fiskal adalah tujuan utama dari pengelolaan risiko fiskal.
b. Kesinambungan Fiskal
Kemampuan Pemerintah untuk mempertahankan kebijakan-kebijakan fiskalnya secara terus-menerus dengan tetap menjaga posisi keuangannya dalam keadaan solvent.

Fungsi Utama PRRF :
Dalam melaksanakan tugas, Pusat  Pengelolaan Risiko Fiskal berfungsi :
a. Merumuskan rekomendasi kebijakan pengelolaan risiko fiskal dan kelayakan pemberian dukungan pemerintah, serta penyiapan bahan negosiasi dan perjanjian kerja sama.
b. Mengnalisis dan mengevaluasi pengelolaan risiko ekonomi, keuangan dan sosial, risiko BUMN dan risiko dukungan pemerintah.
c. Menganalisis dan mengevaluasi pengelolaan risiko fiskal terhadap pelaksanaan Public Service Obligation, penyertaan modal negara, restrukturisasi dan privatisasi BUMN.
d. Menganalisis dan mengevaluasi terhadap kelayakan permintaan dukungan pemerintah atas pelaksanaan kerja sama penyediaan infrastruktur.
e. Menyusun bahan Nota Keuangan dan RAPBN, Laporan Semester I dan Prognosa Semester II pelaksanaan APBN, RAPBN Perubahan, bahan Pidato dan Lampiran Pidato Presiden, Jawaban Pemerintah atas pertanyaan DPR dan DPD, jawaban pertanyaan dan bahan konsultasi dengan Lembaga Internasional dan Regional di bidang pengelolaan risiko fiscal.

f. Menyiapkan bahan, penelaahan dan penyusunan rancangan peraturan di bidang pengelolaan risiko fiskal.

Jumat, 15 November 2013

Prosa : Teh Celup Cinta

Seperti teh celup! Menyeruak lantas pergi! Merapi dan Merbabu pun terhenyak menyaksikan sandiwara ini. Bercengkerama mentertawakan aku yang terjatuh dalam jebakannya. Sekejap tetapi cukup menyakitkan! Engkau tahu tentu lebih tahu, lebih paham dan pastilah ada hikmah di balik semua ini.
Seulas senyumku masih akan tetap ada. Tidak berkurang kuantitasnya tidak juga menguap kadar manisnya. Karena hanya dengan senyum inilah aku bisa meyakinkan diriku bahwa aku masih menang atas dirinya! Meski harus merasakan sakit. Tetapi sakit ini akan aku kenang, karena sakit inilah satu-satunya yang akan mengingatkanku agar hati ini tidak akan melambung terbuai oleh buih-buihnya.
Meskipun demikian, aku tetap tidak ingin memantik atau menggenggam bara api. Biarlah rintik hujan sore ini membantuku menghanyutkan sakit ini. Biarlah aku tunggu terik sang surya memancarkan radiasinya. Meski pun aku sendiri tidak pernah tahu berapa lama aku harus menunggu. Tetapi aku yakin bias-bias pelangi akan terlukis dengan indahnya di kanvas biru berbaur putih yang menjulang tinggi tak teraih olehku.

Terimakasih dariku tetaplah pantas untuk kau terima. Meski mungkin tak akan terdengar sampai telingamu. Tetapi ucapan ini tulus. Terimakasih telah mengajariku bagaimana caranya tertawa setelah aku hampir lupa caranya sekaligus terimakasih juga kau telah mengingatkanku bagaimana caranya menangis setelah aku lupa caranya dan aku benci menyadari ada bening di ujung mataku.
(unik)

Kunjungi karya kami yang lain di komunitaspujangga(dot)blogspot(dot)com :)

HMPE as.. Ormawa Ter-administratif :)

HMPE rumah yang yahud...


















Halo sobat ekonom semua, lama nih ga posting. Hehehe

Oia dalam postingan kali ini kita punya yang spesial nih, pasalnya kita kemarin tanggal 15 November 2013 menjadi pemenang dalam ajang DPM Awards yang diadakan oleh DPM FE UNY di Auditorium FE-UNY. Wah senang ya jadi juara.

Dalam event kali ini HMPE menjadi juara dalam kategori ORMAWA ter-Administratif. Hal ini tidak akan tercapai tanpa adanya kerjasama yang baik antar anggota HMPE, terutama sekertaris (Mba Ifa dan Himma) kalian hebat euy. Administrasi hampir ga ada yang miss. Tiap ada surat masuk maupun keluar pasti dicatat dengan segera sehingga semuanya ada dengan rapi di dalam arsip yang dimiliki oleh HMPE.

Kita juga patut berbangga masuk dalam 2 nominasi yaitu ter-Administratif dan yang satunya adalah ........

Oia ngomongin tentang HMPE ga kerasa sudah hampir satu tahun kita ada dalam keluarga Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonmi 2013. Bagi kami para mahasiswa angkatan 2012 merasa sangat senang dan berbangga hati bisa masuk dalam pengurus angkatan 2013. Kami sangat sengang mendapat bimbingan dari kakak-kakak semua. Kami sangat berterimakasih selama ini telah dibimbing dan dibina dengan baik oleh kakak-kakak senior semua. Kami merasa, jasa baik kalian dalam membimbing kami tak akan pernah kami lupakan.

Banyak hal yang terukir indah di saat kepengurusan. Susah senang kita lalui bersama, defisit maupun surplus juga kita nikmati bersama. Sungguh indah masa-masa di HMPE. Sungguh senang bisa mengenal kalian semua.

Sedih rasanya harus meninggalkan kebiasaan lama, tidur di hima, curhat, kumpul bareng kalian, nyanyi-nyanyi, gila-gilaan bareng, ah pokoknya kalian luar biasa.

Sekre HMPE sudah menjadi kos ke2 kita selama ini. Sungguh HMPE adalah rumah yang yahud. J



(Tea)

Rabu, 13 November 2013

Cerpen : Titik Nolku


Sebenarnya aku sadar bahwa prasasti hidupku akan dimulai dari sini. Hari itu adalah hari dimana seluruh lulusan sekolah menengah ataupun sederajat di Indonesia mempertaruhkan mimpinya. Anehnya hari itu adalah hari dimana aku mengubah haluan hidupku dan berspekulasi dengan masa depanku. Teman-temanku heran dengan pilihanku bahkan keluargaku juga mempertanyakan pilihanku. Dalam hati aku hanya menjawab, “Yang jelas aku mempunyai alasan dibalik pilihanku ini!” Bukan alasan karena aku suka atau karena aku minat di jurusan itu ataupun di universitas itu. Tepatnya karena saat itu aku merasa betapa kerdilnya menghadapi dunia. Oke aku akui alasan itu adalah alasan paling pengecut yang pernah aku miliki. Tetapi, inilah aku. Remaja kelahiran kota kripik yang menyandang nama “Unik Febrianti” dengan alasan yang tidak masuk akal memutuskan untuk merantau dari desa ke kota gudeg. 
***
                Lambat laun, ternyata satu tahun telah berlalu di kota ini. Semua usahaku untuk menyesuaikan diri dan menyeimbangkan ritme hidup baruku disini, di kota ini, di Universitas ini dan di jurusan ini terbayar dengan mendapat IPK cumlaude. Tetapi ternyata, aku tidak menemukan kebahagiaan yang sempurna dengan IPK cumlaude itu. Eiits . . . tetapi jangan salah. Insya allah IPK itu barokah. Hanya saja aku berpikir ada banyak tanggung jawab di balik IPK cumlaude itu. Cukup ucapkan “alhamdulillah” dan selesailah bahagia hari itu. Saat itu juga, aku baru sadar ternyata hatiku masih belum disini.
“Kalau aku pindah jurusan gimana ya?pindah Universitas?”
“Hush ngomong apaan aku! Emangnya duit tinggal ngreok* kaya krikil!” (Semburat bahasa ngapak pun keluar dalam dialog negosiasi diriku).
“Tetapi gimana? Hatiku belum disini! Huuuhh . . .”
“Ayolah bertahan sedikit lagi kali aja kau akan temukan hatimu disini”
Ya wis lah. Sega wis dadi bubur, siki gari kepriwe caraku bae gawe bubur kue dadi bubur sing paling spesial,*”khas dengan logat medhoknya.
***
                Dalam perjalanan menuju tahun kedua kuliahku, dalam pencarian hatiku. Ada banyak hal baru, pengalaman baru, cara pandang baru dan tujuan baru aku temukan disini. Oke ini tempatku sekarang! Siapa aku bukan tergantung dimana aku, tetapi tergantung bagaimana aku! Figthing! :D
***
                Masih soal pencarian hati di kota ini. Tetapi, kali ini lebih sensitif dan kompleks. Setelah curhatan-curhatan yang aku hujamkan ke teman-teman dekatku. Berpuluh-puluh episod sampai mulutku berbuih. Hingga akhirnya, hari ini aku temukan kenyataan yang menamatkan cerita-ceritaku. Menyesakkan dan cukup membuat emosiku membuncah.
***
Pastilah tau kan? Cukup klasik dan ketebak banget. Apalagi kalau bukan masalah cinta dan hari itu aku membutuhkan teman untuk berbagi cerita. Aku pun mengunjungi salah satu teman dekatku namanya Husna. Berharap banget dia bisa menghiburku. Setiba disana.
“Kau tahu?”, tanyaku pada Husna.
“Nggaklah orang kamu ngga ngomong, mana aku tahu,” jawabnya datar.
“Iya juga sih. Kan ceritanya biar suasananya terdramatisir,” jawabku polos.
“Ooh oke fine. Perlu ku ulangin dialognya?” tanya dia dengan muka datarnya.
“Ngga usah deh, ngga lucu juga”
“Terus mau curhat apa?,” seakan hafal banget kalau aku doyan curhat.
“Ngga jadi udahan ah . . . “
“Serius nih? Ntar nyesel loh?”
“Iya, aku pulang ya? Bye . . .”
***
Setengah lunglai aku menapaki jalan pulang. Tetapi, masih ada harapan di hatiku. Harapan menemukan teman untuk berbagi cerita.
Ahaaa . . . aku tau! (senyum nyengir menemukan mangsa).
“Lebih baik aku ke tempat Diah aja ah.”
Setiba disana, “Huaaaa . . . tau ngga Nik”
“Kenapa?,” tanyaku heran.
“Uang bulananku habis!”
“Terus?’Mau ku pinjemin uang?”
“Mau banget. Aku lagi butuh banget nih. Boleh ya?” (Transaksi pun akhirnya berlangsung)
“Ini nih tingkah sok baikku yang terkadang malah merepotkan diri sendiri,” gumamku dalam hati.
“Kamu ada perlu apa kesini, Nik?”
“Ngga ada apa-apa. Yaudah aku pulang yah, jangan boros-boros,” nasehatku setengah hati.
“Huuh. . . ngga ada yang ngerti hatiku nih,” keluhku setengah putus asa.
“Aku kan mau curhat. Eeehh aku malah dijutekin dan yang kedua aku malah mendadak jadi tukang kredit.”
“Hmm . . . ayo berpikir keras,” kataku dalam hati.
“ Oiya masih ada Nanda!” setiba di kos Nanda.
 “Kebetulan banget Nik kamu datang kesini,” sambutnya penuh senyum mencurigakan.
“Sepertinya ada yang tidak beres nih. Haduh kali ini apalagi?,” kataku dalam hati.
“Anterin aku ke toko buku sekaligus belanja bulanan yuk? Bentar aku ambil helm dulu.”
“Tuhh . . .kan bener. Tanpa ba-bi-bu. Tanpa jawaban dariku. Dia langsung main action aja. Betapa kecunya hatiku,” kutukku dalam hati.”
Setelah selesai semua urusannya dan tetap saja urusan pencarian tempat curhatku belum terselesaikan. Aku pun memutuskan bahwa pencarian tadi adalah pencarian terakhirku seusai menjadi tukang ojek untuk temanku. Aku pun pulang dengan langkah terseok.
***
                Setiba di kos, kurebahkan tubuhku di pembaringan. Hatiku panas dan menguaplah semua emosiku. Bak siklus hujan ada evaporasi, kondensasi dan akhirnya hujan alias nangis mewek-mewek. Setelah puas menangis. Negosiasi diripun terjadi.
“Apaan sih. Ngga penting banget aku nangis!”
“Siapa dia? Ngapain juga aku nangisin dia!
“Apa untungnya buatku” (Kapitalis banget nih :D)
“Cukup sampai disini main layang-layangnya!”
“Cukup. Sudah cukup dia menarik ulur hatiku!”
“Udahan aah, sholat dulu!” (beranjak dan mengambil air wudhu).
Dan masih dalam keadaan bersimpuh lengkap dengan kedamaian seusai sholat. Aku mewek lagi. “Huaaaaa . . .”
“Ternyata DIA yang aku butuhkan dan pencarian hatiku pun aku putuskan untuk ku sandarkan pada-NYA”
***
                Sangat yakin akan ku temukan hatiku di kota ini, di Universitas ini, di jurusan ini. Hanya disini. Hanya yakin, yakin, yakin, yakin, . . . dan yakin yang menguatkanku dan akan menemani pertahananku sampai akhir. Hari ini juga adalah hari dimana aku memutuskan bahwa disini dan saat inilah titik nolku akan ku telusuri. Masih banyak dan perlu banyak belajar lagi tentang hidup termasuk atmosfer di dalamnya cinta, mencintai dan dicintai. Sangat yakin kota ini akan menahan hatiku dan memberikan sejuta alasan untuk ku bertahan disini.
*duit tinggal ngreok = uang tinggal ngambil
Ya wis lah =ya sudah lah
 Sega wis dadi bubur = nasi sudah menjadi bubur

 siki gari kepriwe carane nyong bae gawe bubur kue dadi bubur sing paling spesial = sekarang tinggal bagaimana caraku saja membuat bubur itu menjadi bubur yang paling spesial.

(Based on true story from 'unik')

Selasa, 05 November 2013

Hidup itu berlayar

Kenapa kita malas belajar?
Karena kita tidak tahu untuk apa dan mengapa kita belajar.
Kenapa kita malas berorganisasi?
Karena kita tidak tahu untuk apa dan mengapa kita ikut organisasi.

Memangnya kenapa? Ya karena kita belum mempunyai niat yang kuat.
Kok bisa? Karena tujuan kita masih bersifat abstrak.

Tujuan sangat diperlukan sebagai peta ancang-ancang ke mana arah kita melaju. Hidup bagaikan pelayaran di atas samudera. Penuh ombak dan badai.  Ke manapun kita melihat, hanyalah lautan biru beratapkan langit. Jika kita tidak mengerti apa yang kita cari, kita hanyalah segumpal daging yang terombang-ambing dalam ombak dan badai kehidupan.

Tujuan hidup seseorang belum tentu sama dengan yang lainnya. Inilah yang membedakan jalur pelayaran serta harta karun yang mereka dapat. Tuhan itu Maha Adil. Ia berjanji akan memperkenankan  do’a hambanya, seperti dalam firman QS. Al-mu’min ayat 60. Ini yang perlu kita renungkan jika ada orang lain yang sekiranya lebih sukses dari kita. Jangan-jangan, tujuan yang kita punya tidak didukung dengan niat sekuat niat mereka. Jangan-jangan, do’a yang kita panjatkan tidak seserius do’a yang mereka panjatkan.

Hey, saya mempunyai tujuan dan berdo’a. Kenapa tidak berhasil?
Emm.. seberapa keras usahamu?
Sudahkah berbaik hati kepada ciptaan Tuhan yang lain?
Seberapa banyak harta yang kau sedekahkan untuk mendukung keinginanmu?
Jika belum juga berhasil, mungkin saja : Dia memberikan yang kamu butuhkan, atau dia mengalihkan do’amu ke sesuatu yang lain seperti pengampunan dosamu.

Saya bukanlah seseorang yang pandai agama. Saya hanya ingin membagikan pengalaman yang saya punya : “Kita tidak akan tertarik jika kita tidak mengenalnya. Kita tidak merasa butuh karena kita tidak tertarik”. Entah itu untuk urusan pasangan, organisasi, jurusan dsb.
 
Coba renungkan baik-baik. Seberapa sering kita merasa malas terhadap pasangan kita, organisasi kita, atau mendalami materi yang kita pelajari di jurusan kita? Tanyakan pada hati nurani apakah yang sebenarnya ia cari. What the hell goal of our life? Say it loudly!

Jika kita tidak mendapatkan apa-apa dari yang selama ini kita jalani, itu semua bukan salah system atau berkah Tuhan. Itu semua salah kita. Setiap perlajanan kehidupan mempunyai banyak sirat makna dan pos-pos peningkatan kualitas diri. Mungkin saja kita tidak mengerti apa yang sebenarnya kita cari, lalu kita mengabaikan sirat makna dalam kehidupan kita. Pada akhirnya kita lupa bagaimana cara meningkatkan kualitas diri kita.

Itu salah siapa?
Itu karena kelalaian kita!
Bukankah kita mempunyai hak penuh atas diri kita?
Bukankah semuanya tergantung dari manajemen diri kita?
Bukankah dunia merupakan ladang cobaan iman kita?
Can we survive or not?


Hmmm..semuanya akan sia-sia jika hanya di mulut saja. Mari bangkit! Kita sudah tertinggal jauh sedangkan waktu kita semakin berkurang. Confucius said : “I hear and I forget. I see and I believe. I do and I understand”. Saling mengingatkan yaa J(Thi)