Sabtu, 20 April 2013

Mencontek gak yaa…

Mencontek?

Siapa yang tidak asing dengan aktivitas mencontek? Rasa-rasanya mencontek telah dikutuk menjadi budaya yang mengakar pada masyarakat Indonesia. Isu mencontek menjadi perbincangan yang tidak pernah jenuh di negeri ini, apalagi ketika ujian berlangsung. Mencontek bagaikan virus yang menggerogoti kemampuan individu untuk mengambangkan kemampuan dirinya. Mencontek dapat dilakukan dengan cara membawa kepekan, tanya jawaban maupun melihat jawaban teman.
Mencontek menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan semua Negara. Bahkan Harvard University menskors 60 Mahasiswa akibat mencontek seperti yang dikutip oleh Republika.co.id (02/02/2013). Mirisnya lagi, mahasiswa calon guru di berbagai Universitas di Indonesia pun mencontek ketika ujian berlangsung. Meskipun hal ini kurang di eskpos dalam media massa. Padahal mereka adalah agen yang diharapkan mampu membawa pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Tindakan mencontek dapat berasal dari ketidaksiapan individu dalam menghadapi ujian. Penguasaan materi yang kurang mengikis rasa percaya diri mereka dalam mengerjakan ujian. Apalagi dengan target pencapaian nilai tinggi yang menghantui siswa untuk mendapatkan nilai bagus, mencontek menjadi alternatif yang digemari. Keleluasaan untuk mencontek pada saat ujian menambah peluang terjadinya praktek percontekan di dunia pendidikan.
Apalah arti nilai B jika hasil dari mencontek. Mending mendapatkan nilai A dengan hasil jerih payah sendiri. Hehehe. Tidak ada yang patut dibanggakan dari nilai hasil mencontek. Karena itu bukan hasil usaha sendiri.
Praktek percontekan semakin kontroversial seiring lumrahnya masyarakat terhadap kasus ini. Masyarakat yang kontra mencontek menjadi minoritas yang terasing dalam negeri ini. Contohnya saja Ria, Mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja ini sempat merasa hina karena tidak mencontek. Loh, harusnya kan kebalikannya? Apa-apaan ini! “Saya merasa terkucilkan saat Ujian Nasional SMA dulu. Teman-teman yang mencontek seakan menjauhi saya karena saya tidak mencontek dan menconteki mereka. Padahal kan saya hanya berusaha berjalan di jalan yang lurus?” ujar gadis itu. Dia menganggap kalau pertanggungjawaban nilainya harus berasal dari jerih payahnya sendiri. Dia juga menganggap kalau mencontek itu perbuatan yang berdosa.
Namun bagi masyarakat yang pro mencontek, mereka menganggap bahwa mencontek adalah dosa putih guna menyelamatkan perekonomian negeri. Loh kok bisa? Pertama, mencontek dapat membantu meluluskan siswa dari pendidikan sehingga tidak semakin memberatkan beban orang tua. Padahal menurut orang yang kontra mencontek, mereka malah membebani Negara. Lulusan hasil ‘praktek percontekan’ tidak sepenuhnya mengalami pendidikan sehingga berpotensi menjadi tenaga kerja yang kurang berkualitas. Mengalami berbeda dengan merasakan. Di sisi lain, tenaga kerja kerja yang kurang berkualitas memiliki produktivitas kerja yang rendah.
Kedua, mencontek adalah dosa putih yang perlu dimaklumi. Karena opportunity cost nya lebih besar. Kalau mencontek kan nilainya lebih bagus, ahirnya menyengkan perasaan orang tua. Kalau orang kontra mencontek bilang : “Haaaah? Macam mana pulak rupanya!” Niatnya sih bener membahagiakan, tapi caranya yang salah. Bisa dikatakan opportunity dosanya juga besar soalnya sudah menyangkut orang tua.
Ketiga, mencontek itu hal yang lumrah dilakukan oleh siapa saja. Bahkan pemerintah juga bisa mencontek keputusan presiden dari luar negeri. Dan akhirnya orang kontra mencontek akan menanggapi : “orang salah kok ditiru. Kapan benernya? Jadi, kalau ada orang minum susu sambil salto juga ikut? Ababil banget sih :B”.
Keempat, mencontek dapat mengasah otak kanan. Karena mencontek perlu kreativitas usaha agar tidak ketahuan. Pelaku perlu gonta-ganti gaya mencontek untuk mengelabuhi pengawas ujian. Mencontek juga menerapkan prinsip manajemen agar efektif dan efisien. Ujung-ujungnya orang kontra mencontek menyeletuk “memangnya kreativitas mencontekmu dapat menjamin suksesnya karirmu? Yang ada mencontek malah meningkatkan potensi serangan jantung. Bukannya memikirkan apa yang keluar pas ujian malah bingung mencari cara untuk mencontek. Dasar!“
Sudah-sudah. Mencontek atau tidak itu masalah hati nurani. Orang yang dekat dengan sang Pencipta pasti hati Nuraninya selalu mengajak untuk berbuat kebaikan. Toh, dosa mencontek ditanggung oleh pelaku sendiri. Mencontek atau tidak adalah pilihan. Pilihan untuk membuat perubahan atau meneruskan kesalahan. Tuhan Maha Tahu apa yang kita lakukan di dunia. Bahkan tidak ada satupun daun jatuh kecuali dengan kehendakNya. Hanya kitalah pemimpin bagi ruh kita J (thi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar