Hmm.. sebentar lagi akan ada Ospek
yaa? Ospek merupakan masa pengenalan seputar kuliah dan kampus. Ospek terdiri
dari serangkaian kegiatan selama lima hari. Dua hari pertama merupakan ospek
universitas, dua hari ospek fakultas serta satu hari ospek jurusan. Semacam
parade pengenalan dari universitas ke jurusan masing-masing.
Mahasiswa baru (Maba)
diperintahkan untuk membawa berbagai macam penugasan pada waktu ospek. Banyak
yang mengeluhkan terlalu banyaknya tugas yang diberikan. Penugasan yang
diberikan ketika Technical Meeting (TM) merupakan penugasan yang membutuhkan
waktu lama. Sedangkan penugasan yang tidak begitu membutuhkan waktu lama
diberikan pada hari-H.
Ospek itu menyenangkan. Di sana
kita bisa belajar menyelami arti kehidupan kampus. Ketika Maba diberi hukuman
oleh Pemandu Kedisipinan (PK) akbibat kelalaiannya, itu menunjukkan bahwa kita
memerlukan kedisiplinan dalam menjalankan kuliah. Di dalam dunia kuliah tidak
ada PK seperti dalam OSPEK, karena kita sendirilah yang membentuk kedisiplinan
itu. Terkadang dosen banyak memberikan tugas terhadap mahasiswa, namun
kelalaian mengumpulkan tugas dapat mengurangi nilai mahasiswa. Begitu juga
dengan kedisiplinan masuk kelas. Dalam memberikan nilai akhir, dosen juga mempertimbangkan
kedisiplinan siswa yang termasuk dalam penilaian afektif. Disiplin atau tidak,
itu terserah mahasiswa.
Dalam rangkaian kegiatan Ospek,
ada juga sesi mendengarkan dan memperhatikan seseorang yang sedang berbicara di
depan. Jika mengobrol sedikit saja, pemandu akan memperingatkan mabanya agar
diam. Beruntunglah, karena hal ini untuk kebaikan kalian agar informasi yang
masuk dapat diserap dengan baik. Dalam dunia perkuliahan, tidak ada pemandu
yang memperingatkan kalian untuk mengobrol di kelas. Tidak ada yang melarang
kalian dalam mengobrol, namun jangan menyesal ketika Ujian Akhir. Sebagian
besar yang keluar di ujian adalah materi yang diajarkan di kelas.
Ospek memang melelahkan, tapi itu
adalah kenangan. Semakin kita mengeluh, semakin alam menarik energy negatif
dari apa yang kita keluarkan. Terlebih, tubuh manusia terdiri dari sebagian
besar air. Kristal dalam air akan bereaksi terhadap apa yang dipersepsikan
terhadapnya. Air akan membentuk Kristal yang baik ketika kita memberikan
kata-kata yang baik.
Jawaban dari semua kelelahan ini
adalah rasa syukur. Alhamdulillah kita masih diberikan kesempatan untuk
belajar. Terdengan klasik memang, tapi inilah kenyataannya. Sadarlah! Masih
banyak anak pelosok negeri yang belum bisa menikmati bangku kuliah seperti
kita.
Iya, mungkin saja hatimu sedang
berkecamuk mengapa kau diterima di universitas ini. Kamu kurang bisa ikhlas
dengan takdir yang menimpamu. Hey kawan, ingatlah. Ada tangan tak tampak yang
secara tidak langsung mencampuri takdirmu. Jika dalam pemikiran ekonomi klasik,
tangan tak tampak itu berupa mekanisme harga pasar maka tangan tak tampak di
sini adalah kehendak Tuhan. Dia-lah sutradara terbesar dalam semesta. Tidak ada
sesuatu yang kebetulan di dunia ini, melainkan sudah dituliskan Nya.
Hmmm mungkin saja kau mau protes
dengan penggalan surat Ar-rad yang mengatakan “.. Allah tidak akan mengubah
nasib suatu kaum kecuali ia sendiri yang mengubahnya..”. Iya, itu benar! Tapi
coba perhatikan baik-baik. Pasti ada sesuatu yang ndilalah agar menuntunmu di sini. Mungkin inilah yang terbaik.
Tuhan merasa malu jika seorang
hamba berdo’a tetapi Ia belum mengabulkannya. Maka, ada tiga kemungkinan
balasan atas do’a kita. Pertama, Tuhan akan mengabulkannya. Kedua, Tuhan akan
mengalihkan terhadap yang kau butuhkan. Ketiga, Ia mengampuni dosamu. Saya
sangat yakin bahwa terkadang Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan
inginkan. Bersyukurlah. Ikhlaslah.
Orang yang bahagia lebih cepat
suksesnya daripada orang yang tidak bahagia. Menurut saya, sukses itu ketika
kita bahagia dan kaya. Percuma saja kita memiliki segalanya di dunia tetapi
tidak berbahagia. Ohh.. Tuhan. Jika memang ini takdir kami, mudahkanlah kami
dalam mencapai kesuksesan yang kami harapkan. Engkau Maha Besar, Maha Kaya dan
Maha Tinggi. Maka, naikkanlah kualitas hidup hamba dalam ketidaknyamanan yang
kami alami. Mungkin saja, kami belum pandai bersyukur. Aamiin (thi).